PEWARNAAN
BAKTERI
A. TUJUAN
1. Mempelajari dasar kimia pewarna Gram dan
pewarna Spora
2. Mempelajari prosedur untuk membedakan bakteri
menjadi golongan gram positif dan negatif
3. Mempelajari prosedur membedakan bakteri antara
pembentuk spora dan sel.
B. TEORI
Pewarnaan Gram
Proses pewarnaan
diferensial ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi atas dua kelompok
berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri. Reagen
pertama disebut warna dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan
mewarnai dengan jelas. Reagen kedua disebut bahan pencuci warna (decolorizing
agent). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel,
bilakomponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci
sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna
akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila warna tidak tercuci
maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil akhir tetap warna
dasar.
Bakteri hidup sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya terang biasa karena bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri, walaupun biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri sering diamati dalam keadaan olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud dengan bakteri terwarnai adalah oganisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari (Volk dan Whleer, 1998).
Sel-sel
mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak hampir tembus pandang
(transparan) bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa hingga sukar dilihat
karena sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan indeks
bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar belakangnya
dapat dipertajam dengan cara mewarnai sel-sel tersebut dengan zat-zat warna
(Hadioetomo, 1990).
Pada umumnya,
olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya
struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus diperlukan untuk
melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan hal-hal terperinci tertentu di
dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion
negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998).
Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008).
Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008).
Banyak senyawa organik berwarna (zat warna)
digunakan untuk mewarnai mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopik dan telah
dikembangkan prosedur pewarnaan untuk (Suriawiria, 1985) :
§
Mengamati dengan baik morfologi mikroorganisme
secara kasar.
§
Mengidentifikasi bagian-bagian struktural sel
mikroorganisme.
§
Membantu mengidentifikasi atau membedakan
organisme yang serupa.
Langkah-langkah utama dalam persiapan spesimen
mikroba untuk pemeriksaan mikroskopik adalah (Pelczar, 1986) :
§
Penempatan olesan atau lapisan spesimen pada
kaca objek.
§
Fiksasi olesan pada kaca objek.
§
Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana)
atau serangkaian larutan pewarna atau reagen (pewarnaan diferensial.
Pewarnaan atau
pengecatan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik secara langsung (bersama
bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni). Tujuan
dari pewarnaan tersebut adalah pewarnaan untuk (Suriawiria, 1985) :
§
Mempermudah melihat bentuk jasad baik bakteri,
ragi ataupun fungi.
§
Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
§
Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan
juga struktur dalam jasad.
§
Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang
diberikan sehingga sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui.
Pewarna
yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan memberikan
reaksi kalu mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan tersebut berbentuk
ion yang bermuatan positif ataupun negative. Sel bakteri bermuatan mendekati
negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral. Sehingga kalau kita memberikan
pewarnaan yang bermuatan positif ataupun negatif (Suriawiria, 1985).
Pewarnaan
Sederhana (Pewarnaan Positif). Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan
bakteri di atas object glass yang kemudian difiksasi. Jangan menggunakan
suspensi bakteri yang terlalu padat, tapi jika suspensi bakteri terlalu encer,
maka akan diperoleh kesulitan saat mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi
bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada object glass
tanpa merusak struktur selnya (Campbell dan Reece, 2005).
Pewarnaan
Negatif. Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa. Tapi mudah
dilihat dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai sel melainkan
mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan dengan latar
belakang hitam (Campbell dan Reece, 2005). Setelah dilihat di mikroskop, maka
akan tampak bentuk sel bakteri. Berikut merupakan berbagai bentuk sel bakteri
(Anonim, 2008).
Pewarnaan Gram
adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan
dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah
awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan
peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel
bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram
positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal
dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel
tipis yang berada di antara dua lapis membran sel (Irawan, 2008). Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram adalah sebagai berikut (Irawan, 2008):
a.
Fase yang paling kritis dari prosedur di atas
adalah tahap dekolorisasi yang mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian
ethanol jangan sampai berlebih yang akan menyebabkan overdecolorization
sehingga sel gram positif tampak seperti gram negatif. Namun juga jangan sampai
terlalu sedikit dalam penetesan etanol (underdecolorization) yang tidak akan
melarutkan CV-iodine secara sempurna sehingga sel gram negatif seperti gram
positif.
b.
Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah
menggunakan kultur muda yang tidak lebih lama dari 24 jam. Umur kultur akan
berpengaruh pada kemampuan sel menyerap warna utama (CV), khususnya pada gram
positif. Mungkin akan menampakkan gram variabel yaitu satu jenis sel, sebagian
berwarna ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur. Walaupun ada beberapa
species yang memang bersifat gram variabel seperti pada genus Acinetobacter dan
Arthrobacter.
Pewarnaan
Endospora. Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum dan Bacillus adalah
bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan
bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan
mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin,
radiasi dan bahan kimia. Tujuan dilakukannya pewarnaan endospora adalah
membedakan endospora dengan sel vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas
(Irawan, 2008).
Endospora tetap
dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan dan tampak sebagai
bulatan transparan dan sangat refraktil. Namun jika dengan pewarnaan sederhana,
endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (kedua-duanya transparan, sel
vegetatif berwarna), sehingga diperlukan teknik pewarnaan endospora. Berikut
merupakan beberapa tipe endospora dan contohnya (Irawan, 2008)
C. ALAT DAN
BAHAN
Adapun alat dan
bahan yang digunakan pada pengamatan ini antara lain :
1. Alat
a) Lampu bunsen
b) Hotplate
c) Jarum inokulasi ujung bulat
d) Kaca objek
e) Baki pewarna
f) Mikroskop
2. Bahan
a) Kultur bakteri hasil isolasi
b) Bacillus cereus dalam medium agar nutrisi
miring berumur 24 jam
c) Kristal violet
d) Gram iodin
e) Alkohol 95%
f) Safranin
g) Malakit hijau
h) Kertas hisap
i) Kertas lensa.
D. CARA KERJA
Pewarnaan Gram
1.
Membersihkan kaca
objek
2.
Dengan
menggunakan teknik steril, siapkan apusan bakteri hasil isolasi atau kultur
bakteri lain yang telah disiapkan dengan cara meneteskan air pada kaca objek
dan transfer isolat bakteri ke dalam tetesan tersebut kemudian campurkan dan
sebarkan dengan gerakan memutar menggunakan jarum inokulasi.
3.
Membiarkan apusan
mengering di udara, kemudian memfiksasi panas dengan cara melalukan kaca objek
di atas api bunsen.
4.
Mengaliri dengan
kristal violet dan diamkan selama 1 menit
5.
Mencuci dengan
air keran
6.
Mengaliri apusan
mordan gram iodin atau lugol dan membiarkan selama 1 menit
7.
mendekolorisasi
dengan alkohol 95%. Memperhatikan pada saat dekolorisasi. Menambahkan reagen
setetes demi setetes sehingga kristal violet tidak tercuci lagi dari apusan.
8.
Mencuci dengan
aquades.
9.
Memberi pewarna
kontras dengan safranin selama 45 detik.
10. Mencuci dengan aquades
11. Mengeringkan diantara kertas kering saring/kertas hidup dan selanjutnya mengamati
dengan mikroskop.
12. Membuat gambar hasil pengamatan dan membedakan
atas morfologi dan susunannya, serta mengamati warna sel terwarnai.
Pewarnaan
Spora
1. Membersihkan kaca objek
2. Dengan menggunakan teknik steril kemudian
menyiapkan apusan bakteri Bacillus cereus dengan meneteskan air pada kaca objek
dan transfer isolat bakteri kedalam tetesan tersebut kemudian mencampurkan dan
menyebarkan dengan gerakan memutar menggunakan jarum inokulasi.
3. Membiarkan mengering di udara
4. Mengaliri apusan dengan malakit hijau dan
meletakkan pada hotplate panas, membiarkan di atas penangas selama 2 menit.
Menjaga jangan sampai pewarna habis menguap dengan cara meneteskan pewarna
secukupnya.
5. Mengambil preparat dari hotplate, mendinginkan
dan mencuci dengan cara meneteskan pewarna secukupnya
6. Mewarnai dengan perwarna kontras safranin
selama 30 detik
7. Mengeringkan diantara kertas saring/kertas
hisap, mengamati di bawah mikroskop
8. Membuat gambar bakteri pada perbesaran yang
sesuai, kemudian menyatakan letak endospora di dalam sel vegetatif
9. Menyatakan warna spora dan sel vegetatif.
E. HASIL
PENGAMATAN
F. PEMBAHASAN
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah
salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk
mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah
terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet,
larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya
berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan
penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri
yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri
Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif.
Bakteri Gram
positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan
tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan
kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan
sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin
atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh
perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.
Pengecatan gram termasuk
pengecatan diferensial yang digunakan untuk membedakan bakteri gram negative
dan bakteri gram positif. Pada pengecatan ini digunakan 4 jenis bakteri yaitu
Bacillus cereus, Staphylococcus aureus Isolat X dan Eshericia coli. Pengecatan
ini menggunakan 4 jenis larutan yaitu Kristal violet sebagai cat utama, larutan
iodine sebagai pengintensifan cat utama, alcohol asam untuk pencucian dan
safranin sebagai cat penutup. Berdasarkan percobaan diperoleh Bacillus cereus
dan Staphylococcus aureus bersifat gram positif yang berarti bakteri dapat
mengikat dengan kuat cat utama cristal violet berwarna ungu, pada saat bakteri
Gram positif ditambahkan dengan kristal violet maka gram positif akan
mengabsorbsi larutan tersebut hanya pada dinding sel, dengan pemberian larutan
lugol maka kristal violet akan masuk sampai ke inti sel, pemberian alkohol
menyebabkan pori-pori dinding sel mengecil sehingga warna ungu tertahan di
dalam sel disebabkan oleh rendahnya kandungan lipid. Sedangkan bakteri
Eschericia coli dan Isolat X bersifat gram negative karena tidak dapat mengikat
kuat cat utama dan dapat diwarnai oleh cat lawan yakni merah dari pewarna
safranin.
Perbedaan gram (+) dan gram (-)
Sifat Gram (+) Gram (-)
§
Komposisi Kandungan lipid rendah Kandungan lipid tinggi
§
Ketahanan terhadap penisilin Lebih sensitif Lebih tahan
§
Penghambatan warna Lebih dihambat Kurang dihambat
§
Ketahanan terhadap fisik Lebih tahan Kurang tahan
§
Kebutuhan Nutrien Kompleks Relatif
Pada
pengamatan ini dilakukan 4 tahap dalam pengecatan yaitu
:
1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin
Bakteri gram-negatif adalah
bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan
Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci
dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram,
suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang
membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini
berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Banyak spesies bakteri gram-negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram-negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS atau endotoksin)
Banyak spesies bakteri gram-negatif yang bersifat patogen, yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram-negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS atau endotoksin)
Bakteri gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna
metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru
atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram-negatif akan berwarna
merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini
terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri.Ciri-ciri
bakteri gram positif yaitu Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm,
berlapis tunggal atau monolayer. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih
normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama
merupakan lebih dari 50% berat ringan.
Adapun cara kerja pewarnaan ini
yaitu pertama dengan mediakan kaca benda yang bersih, lalu lewatkan diatas
nyala api bunsen, meneteskan setetes aquades steril diatas kaca benda tersebut
secara aseptik ambilah inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu letakkan
diatas tetesan aquades itu, kemudian ratakan perlahan-lahan ambil kaca benda
yang tegak sehingga apusan menjadi tipis dan merata. Biarkan sampai kering
fiksasi dengan cara melewatkan apusan tersebut diatas nyala api dengan cepat
letakkan apusan diatas kawat penyangga yang berada diatas mangkuk pewarna. Lalu
teteskan larutan kristal violet pada apusan dan biarkan selama 30-60 detik cuci
warna dasar dengan akuades mengalir, kemudian mengeringkan teteskan larutan
iodin pada apusan, membiarkan selama 30-60 detik cuci larutan iodin dengan akuades
mengalir. teteskan larutan safranin, biarkan selama 30-60 detik cuci dengan akuades
mengalir, lalu mengeringkan dan mengamati dengan mikroskop gambar bentuk
morfologi.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pewarnaan mikroorganisme dapat dilakukan
dengan cara yaitu dengan pengecatan untuk melihat bentuk dan struktur sel
bakteri dengan menggunakan jenis pewarna seperti safranin atau kristal violet,
pewarnaan digunakan untuk membedakan antara bakteri gram (+) dan gram (-)
dengan lebih dari satu zat warna.
2.
Bakteri gram negatif pada teknik pewarnaan akan
menghasilkan warna merah dan bakteri gram positif akan menghasilkan warna ungu.
H. LITERATUR
Anonim,
2009. Teknik Pewarnaan Mikroorganisme. http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/19/teknik-pewarnaan-mikroorganisme/ diakses tanggal 6
Mei 2011)
Mushof Aditya, 2010. Pewarnaan Bakteri. (http://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0URcRe1N4f30Bq89cwH6xofNJbPyphPKBl84mDu8giByznw7MZKfy_M2Zkmmv6hjAoFIl2V6r-m1ervzChmfj5HfFqVkpNelD5duYCOsnc8xA4wmNMX4s8T_Ep4AsGrkRFsW6Y0FFyVI/s320/salmonella-thy.jpg&imgrefurl=http://mushoffaditya.blogspot.com/2010/01/teknik-pewarnaan-bakteri.html&usg=__InDIzZ3NPc8sYOJqXRNWvYY7zto=&h=256&w=320&sz=17&hl=id&start=6&zoom=1&itbs=1&tbnid=seTuFoFiwwYclM:&tbnh=94&tbnw=118&prev=/search%3Fq%3Dpewarnaan%2Bbakteri%26hl%3Did%26biw%3D1366%26bih%3D667%26gbv%3D2%26tbm%3Disch&ei=7DTHTb7EMIj4vwPS4KWqAQ diakses tanggal 6
Mei 2011)
Rustan,
2009. Teknik Pewarnaan Organisme. (http://rustan-biologiofscience.blogspot.com/2009/08/teknik-pewarnaan-mikroorganisme.html
diakses tanggal 6 Mei 2011)
Wikipedia,
2011. Pewarnaan Gram. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Gram diakses tanggal 6 Mei 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar