Pembelahan Sel (Mitosis dan Miosies) Sebagai Tahapan Penurunan Sifat
1.
Pendahuluan
Belasan
tahun setelah Mendel mempublikasikan karya penelitiannya, W. Roux mengajukan
postulat bahwa faktor herediter dibawa oleh suatu struktur di dalam nukleus
yang dinamakan kromosom (chromo=warna ; soma=badan).
Percobaan T. Boveri dan W.S. Sutton beberapa tahun kemudian membuktikan bahwa
gen terdapat di dalam kromosom. Selanjutnya, T.H. Morgan dan koleganya melalui
studi pada lalat buah Drosophila melanogaster mengajukan teori bahwa gen
merupakan satuan-satuan yang diskrit (terpisah satu sama lain) di dalam
kromosom.
Perilaku
kromosom ternyata sangat berkaitan dengan tahap-tahap pembelahan sel,yang
merupakan mekanisme dasar bagi pertumbuhan dan reproduksi seksual organisme.
Pembelahan sel (sitokinesis) selalu didahului oleh pembelahan nukleus (kariokinesis),
dan justru kariokinesislah yang sesungguhnya lebih berperan dalam mekanisme
pelaksanaan pewarisan sifat. Bahkan, pembicaraan tentang pembelahan sel pada
umumnya dititikberatkan pada kariokinesis, yang dengan sendirinya akan
melibatkan perubahan-perubahan yang terjadi pada kromosom.
Bahan
penyusun kromosom adalah DNA dan protein. Kromosom yang sedang mengalami
pengandaan terdiri atas dua buah kromatid kembar (sister chromatids) yang
satu sama lain dihubungkan pada daerah sentromer. Letak sentromer berbeda-beda,
dan perbedaan letak ini dapat digunakan sebagai dasar untuk klasifikasi struktur
kromosom. Pada sentromer terdapat kinetokor, yaitu suatu protein struktural
yang berperan dalam pergerakan kromosom selama berlangsungnya pembelahan sel.
Sel dibagi menjadi 2 kelas utama, yaitu eukariot dan prokariot. Perbedaan utama diantara keduanya terletak pada ada atau tidaknya membran inti yang membatasi inti sel dan sitoplasma. Organisme prokariot tidak memiliki membran inti dan eukariot memiliki membran inti. Semua sel hewan dan tumbuhan adalah eukariot dan bakteri, cyanobacteria dan mycoplasma adalah prokariot (Stafferton J. 2007: 203).
Organisme
prokariot tidak mengalami pembelahan sel berupa mitosis atupun meiosis, ia
hanya mengalami pembelahan sel berupa amitosis, salah satu contohnya
adalah pembelahan biner. Organisme eukariot mengalami pembelahan sel secara
mitosis pada sel somatisnya dan meiosis pada sel gametnya (Joseph S.W. &
Rollins D.M. 2000:6).
Organisme eukariot
membutuhkan kemampuan untuk dapat tumbuh, dan proses ini dapat terjadi
melalui pembelahan sel dan pertumbuhan sel. Pertumbuhan terkadang
merupakan hasil dari satu atau komponen lain saja, tetapi sering terjadi juga
bahwa pertumbuhan sel dan perkembangan sel tergabung dalam satu proses yang
dinamakan siklus sel (Koning, R.E. 1994:2).
Mitosis dan meiosis
merupakan bagian dari siklus sel dan hanya mencakup 5-10% dari siklus sel.
Persentase waktu yang besar dalam siklus sel terjadi pada interfase. Interfase
terdiri dari periode G1, S, dan G2. Pada periode G1 selain terjadi pembentukan
senyawa-senyawa untuk replikasi DNA, juga terjadi replikasi organel sitoplasma
sehingga sel tumbuh membesar, dan kemudian sel memasuki periode S yaitu fase
terjadinya proses replikasi DNA. Setelah DNA bereplikasi, sel tumbuh (G2)
mempersiapkan segala keperluan untuk pemisahan kromosom, dan selanjutnya
diikuti oleh proses pembelahan inti (M) serta pembelahan sitoplasma (C).
Selanjutnya sel hasil pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru (G1).
2. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Pengertian pembelahan mitosis dan miosies
2. Proses pembelahan mitosis dan miosis
3. Perbedaan pembelahan mitosis dan miosies
4. Tahapan penurunan sifat pada pembelahan meiosis dan mitosis
3.
Pembahasan
A. Pengertian
Menurut sifat dan
letak terjadinya pembelahan dibagi atas 2 macam yaitu:
1. Mitosis
2.
Meiosis
Mitosis
dari kata mitos, artinya benang. Yakni terbentuknya benang-benang kromosom
dalam inti. Pembelahan seperti ini terjadi pada seluruh jenis jaringan tubuh,
baik jaringan somatif (vegetatif) maupun jaringan germinatif (generatif).
Karyotype yang 2N (diploid) pada sel induk akan tetap 2N pada sel anak.
Meiosis,
dari kata meion, artinya lebih kecil. Disebut juga pembelahan reduksi. Terjadi
hanya pada jaringan germinatif, yakni sel induk benih. Meiosis didahului oleh
mitosis, untuk melipatgandakan (proliferasi) jumlah sel induk benih lebih dulu.
Karyotype sel induk yang 2N, pada sel anak yang disebut gamet, akan direduksi
menjadi 1N (haploid). Berarti kromosom sel induk direduksi jadi separuh pada
sel anak (Wildan Yatim. 1994:20).
Pada profase yang terjadi
di mitosis, membran nukleus menghilang, kromosom terlihat dan setiap sentriol
di sentrosom bergerak menuju kutub berlawanan dan menjadi aster. Setiap aster
terdiri dari sentriol dan mikrotubulus. Pada profase akhir beberapa
mikrotubulus membentuk benang-benang spindel. Sepanjang profase, kromosom
mengalami penebalan dan pemendekan, kromosom mengalami penggandaan
yang terdiri dari kromatid dan sister kromatid. Penggandaan tersebut merupakan
hasil replikasi DNA pada interfase lihat gambar (Koning, R. E. 1994:5; Benson
H. J. dkk. 1996:28).
Setelah mengalami
penebalan, kromosom akan tersusun di bidang ekuator dan terikat pada
mikrotubulus yang terletak di kedua kutub, saat ini disebut dengan metafase.
Salah satu kromatid dari setiap kromosom terpisah dari pasangannya dan bergerak
menuju kutub yang berlawanan, hal ini terjadi pada anafase (Benson H. J. dkk.
1996:28). Selanjutnya sel akan mengalami telofase yang ditandai oleh adanya
kromosom yang telah berada di kutubnya masing-masing, kemudian kromosom tersebut
mulai terurai menjadi kromatin. Kariokinesis atau pembelahan inti akan terjadi
setelah plasma membran mulai terbentuk. Setelah mengalami kariokinesis, sel
tersebut akan mengalami sitokinesis yang ditandai dengan pembentukan cleavage
furrow pada hewan (gambar 3) dan cell plate pada tumbuhan.
Tujuan dari pembelahan
mitosis adalah regenerasi dan perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, karena
mitosis menghasilkan sel anak yang identik (Benson H. J. dkk.
1996:28).
Sedangkan Mitosis merupakan
periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem),
seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam
empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Fase mitosis
tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Meiosis adalah tipe khusus
dari pembelahan nukleus yang melakukan pemisahan tiap kromosom homolog menjadi
gamet yang baru. Jika mitosis menghasilkan sel anak yang identik dengan induk,
maka meiosis menghasilkan sel anak dengan reduksi jumlah kromosom. Selain itu,
meiosis menghasilkan sel anak yang berbeda dengan induknya. (Farabee M.J
2000:1). Terjadi dua jenis pembelahan pada meiosis, yaitu pembelahan reduksi
(meiosis 1) dan pembelahan sel (meiosis 2). meiosis 2 melakukan pembelahan sel
layaknya mitosis
B. Proses Pembelahan Mitosis dan Meiosis
b.1
Proses Pembelahan Mitosis
Mitosis
pertama kali dijelaskan oleh W. Flemming pada sel hewan. Mitosis masih dapat
dibagi-bagi lagi menjadi beberapa tahap, yaitu profase, metafase, anafase, dan
telofase. Biasanya, profase dan telofase berlangsung lama, sedangkan metafase
dan anafase berlangsung singkat. Tiap tahap mitosis ini dicirikan oleh perilaku
kromosom yang berbeda-beda. Indikasi awal dimulainya mitosis, khususnya pada
sel-sel hewan, dapat dilihat di dalam sitoplasma ketika interfase hampir
berakhir. Suatu daerah di sitoplasma yang dinamakan sentrosom, yang
terdiri atas sepasang sentriol, mengalami pembelahan menjadi dua;
mikrotubul, yang terdapat di dalamnya, menonjol keluar membentuk struktur aster, tempat asal
mula munculnya benang spindel. Pada sel tumbuhan tidak terdapat sentriol,
tetapi ada pusat pengendali spindel yang disebut MTOCs (microtubule organizing
centers). Namun, struktur MTOCs tidak sejelas sentriol pada sel hewan.
Profase awal
Pada
tahap ini masing-masing anggota pasangan sentriol bergerak memisah. Kromatid
kembar yang semula tipis dan tidak berpilin mulai nampak berpilin, memendek,
dan dapat dilihat lebih jelas. Jumlah pilinan akan menurun sejalan dengan meningkatnya
diameter masing-masing pilinan. Nukleolus dan dinding nukleus mulai menghilang.
Profase akhir
Kedua
kromatid kembar pada masing-masing kromosom saling melekat pada daerah
sentromir. Kompleks kinetokor dan sentromir segera berfungsi sebagai tempat melekatnya
mikrotubul / benang spindel yang keluar dari sentriol. Oleh karena masing masing
sentriol telah bergerak ke kutub sel yang berlawanan, maka benang spindle menjadi
penghubung kedua kutub sel tersebut melalui sentromer. Pada profase akhir ini nukleolus
dan dinding nukleus telah benar-benar hilang.
Metafase
Kromosom
nampak sangat kompak sebagai dua kromatid kembar. Tahap metaphase merupakan
tahap mitosis dengan kenampakan kromosom paling jelas karena kromosom terlihat
menebal, memendek, dan menempati bidang tengah sel. Pengamatan dan analisis kromosom
paling mudah dilakukan pada tahap ini.
Anafase
Pemendekan
benang spindel menyebabkan kromatid kembar pada masing-masing kromosom bergerak
ke arah kutub sel yang berlawanan. Tiap kromatid sekarang mempunyai sentromer sendiri
dan menjadi sebuah kromosom baru, yang mulai memanjang kembali.
Telofase
Benang
spindel mulai menghilang; sebaliknya, nukleolus dan dinding nukleus mulai muncul
kembali. Terjadi penyempitan pada sitoplasma dan pembelahan organel-organel sitoplasmik,
yang mengarah kepada pembentukan dua sel hasil mitosis dengan kandungan materi
genetik yang identik. Pada sel tumbuhan terjadi partisi di antara kedua calon
sel hasil mitosis. Setelah lamela tengah terbentuk, dinding selulosa segera
disintesis pada masing-masing sisi.
Adapun gambar pembelahan mitosis sebagai
berikut:
b.2Tahap-tahap meiosis
Meiosis
dapat dibagi menjadi dua pembelahan nukleus (kariokinesis), yaitu meiosis I dan
meiosis II. Pada meiosis I terjadi pengurangan jumlah kromosom menjadi setengah
dari semula sehingga pembelahan ini
sering juga disebut pembelahan reduksi. Jika sel yang mengalami meiosis
adalah sebuah sel diploid, maka pada akhir meiosis II akan didapatkan empat buah
sel yang masing-masing haploid. Hal ini karena kromosom hanya mengalami satu
kali penggandaan, tetapi kariokinesisnya terjadi dua kali.
Oleh
karena meiosis dapat dibagi menjadi meiosis I dan meiosis II, maka tahap tahapnya
terdiri atas profase I, metafase I, anafase I, telofase I, profase II, metafase
II, anafase II, dan telofase II. Tahap-tahap meiosis II (profase II hingga
telofase II) sebenarnya menyerupai tahap-tahap pada mitosis.
Profase I
Di
antara tahap-tahap meiosis, profase I membutuhkan waktu paling panjang sehingga
dapat dibagi lagi menjadi beberapa tahap, yaitu leptonema, zigonema, pakinema,
diplonema, dan diakinesis. Leptonema (leptoten)
Seperti halnya pada profase awal mitosis,
pada tahap meiosis yang paling awal ini tiap kromosom telah mengalami
penggandaan menjadi kromatid kembar. Namun, kenampakan kromosom jika dilihat
menggunakan mikroskop cahaya masih seperti benang tunggal yang tipis memanjang.
Di sepanjang kromosom dijumpai sejumlah kromomir, berupa butiran-butiran
padat dengan interval yang tidak beraturan.
Zigonema (zigoten)
Tiap
kromosom homolog (kromosom paternal dan maternal) berpasang-pasangan membentuk
struktur bivalen. Proses berpasangannya sendiri dinamakan sinapsis.
Oleh karena tiap kromosom telah mengalami penggandaan menjadi dua kromatid
kembar, maka pada tiap bivalen terdapat empat kromatid kembar. Kompleks empat
kromatid ini disebut tetrad.
Pakinema (pakiten)
Pada
pakinema kromosom untuk pertama kalinya dapat dilihat sebagai struktur yang
telah mengalami penggandaan (bivalen atau tetrad). Peristiwa penting lainnya
pada tahap ini adalah terjadinya pindah silang (crossing over),
yaitu pertukaran materi genetic antara kromatid paternal dan kromatid maternal
pasangannya.
Diplonema (diploten)
Secara
visual tempat terjadinya pindah silang dapat dilihat sebagai struktur yang
dinamakan kiasma (jamak = kiasmata). Kecuali pada daerah-daerah kiasma
ini, pasangan-pasangan kromatid Nampak mulai saling memisah.
Diakinesis
Kiasma
bergeser ke ujung kromosom sehingga tempat ini sekarang tidak harus merupakan
tempat terjadinya pindah silang. Tiap kromatid anggota tetrad makin memendek,
menebal, dan bergerak ke arah bidang tengah sel. Nukleolus dan dinding nukleus
menghilang. Mikrotubul / benang spindel yang keluar dari sentriol nampak kian
memanjang dan akhirnya melekat pada kinetokor.
Metafase I
Struktur
tetrad nampak makin jelas di bidang tengah sel. Di sinilah konfigurasi kromosom
meiosis paling mudah dibedakan dengan kromosom metafase mitosis. Pada metafase
mitosis tidak dijumnpai adanya struktur tetrad, tetapi hanya ada biad yang
terdiri atas dua kromatid kembar.
Anafase I
Anggota
tiap pasangan kromosom homolog (yang masing-masing terdiri atas dua kromatid
kembar) bergerak ke arah kutub sel yang berlawanan. Dalam hal ini sentromir
belum membelah sehingga kedua kromatid kembar masih terikat satu sama lain.
Telofase I
Anggota
tiap pasangan kromosom homolog telah mencapai kutub sel yang berlawanan.
Dinding nukleus mulai terbentuk kembali. Kadang-kadang telofase I diikuti oleh
sitokinesis dan interfase singkat (tanpa penggandaan kromosom), tetapi
seringkali langsung diteruskan ke meiosis II.
Meiosis II
Di atas telah dikatakan bahwa tahap-tahap meiosis II,
mulai dari profase II hingga telofase II, menyerupai tahap-tahap pada mitosis.
Namun, pada meiosis II hanya ada satu dari masing-masing pasangan kromosom
homolog di dalam setiap nukleus. Jadi, di dalam tiap nukleus hanya ada kromosom
paternal saja atau kromosom maternal saja untuk tiap nomor kromosom. Sebagai
contoh, di dalam satu nukleus mungkin terdapat kromosom paternal untuk kromosom
nomor 1, kromosom maternal untuk kromosom nomor 2, kromosom maternal untuk
kromosom nomor 3, dan seterusnya. Nukleus lainnya akan membawa kombinasi
kromosom yang lain pula. Telofase II akan diikuti oleh sitokinesis yang
menghasilkan empat sel haploid. Di dalam nukleus masing-masing sel ini terdapat
satu anggota untuk setiap pasangan kromosom homolog. Jadi, kalau pada telofase
I (dan sebelumnya, anafase I) terjadi pemisahan kromosom homolog, pada telofase
II (dan anafase II) terjadi pemisahan kromatid.
C.
Perbedaan Pembelahan Mitosis dengan miosies
Perbedaan pokok antara mitosis dan meiosis Mitosis Meiosis
No
|
Perbedaan
|
Mitosis
|
Meiosis
|
1
|
Interfase
|
Lama
|
Sebentar
|
2
|
Profase
|
Sebentar : tak ada
sub-fase, hanya sekali
|
Agak lama; dibagi atas
sub-fase pada meiosis I; 2x; profase II kromatid tak mengganda lagi
|
3
|
Terbentuknya kromosom
|
Awal profase
|
Pertengahan profase:
pakiten.
|
4
|
Kromosom homolog
|
Tak bergandeng
|
Bergandeng pada
zigoten sampai anafase meiosis I
|
5
|
Tetrad, synapsis,
crossing-over
|
Tak terbentuk
|
Terbentuk pada pakiten
dan diploten
|
6
|
Metafase, sentromer
|
Membagi dua sehingga
kromatid terpisah
|
Metafase I: belum
membagi 2.
|
7
|
Anafase, kromatid
|
Pindah ke kutub
berseberangan
|
Anafase I: kromosom
homolog pindah ke kutub berseberangan; anafase II: kromatid pindah ke kutub
berseberangan
|
8
|
Telofase
|
Terbentuk 2 sel anak
masing-masing 2n
|
Telofase I: terbentuk
2 sel anak masing-masing 1n.
|
Interkinesis
|
Tidak ada
|
Ada antara meiosis I
dan meiosis II
|
|
10
|
Terjadi pada jaringan
|
Somatif dan germinatif
|
Hanya pada germinatif
|
d. Tahapan penurunan sifat pada pembelahan mitosis dan meiosis
Sebenarnya proses penurunan sifat sudah
terjadi mulai dari fase awal baik pada pembelahan mitosis maupun pada
pembelahan miosies. Hal ini ditandai dengan pembelahan kromosom homolog yang
membawa sifat genetis sel induk. Tahapan yang paling menetukan adalah pada saat
terjadi Profase I pada proses meiosis, hal ini dimungkinkan karena pada prose situ terjadi peristiwa
pindah silang dan membutuhkan waktu yang relative lama.
Pada
hewan, berakhirnya meiosis tidak serta-merta dapat dikatakan bahwa gamet telah terbentuk.
Meiosis hanya menghasilkan empat buah sel yang masing-masing haploid. Sel-sel
ini masih memerlukan proses pematangan untuk dapat berkembang menjadi gamet.
Pembelahan meiosis yang diikuti oleh pematangan sel-sel haploid menjadi gamet
fungsional dinamakan gametogenesis.
Pada hewan yang berkembang biak secara
seksual dapat dibedakan antara gametogenesis pada individu jantan dan
gametogenesis pada individu betina. Gamet pada individu jantan disebut
spermatozoon (jamak = spermatozoa) sehingga proses pembentukannya dinamakan spermatogenesis.
Demikian pula, karena gamet betina disebut ovum (jamak = ova), maka
gametogenesis pada jenis kelamin ini dinamakan oogenesis.
Spermatogenesis
Spermatogenesis
dimulai pada saat individu yang bersangkutan mencapai matang kelamin
(pubertas). Prosesnya berlangsung di dalam testes, tepatnya di dalam suatu
tabung melengkung yang disebut tubulus seminiferus. Di sekeliling tabung ini
terdapat spermatogonium (jamak = spermatogonia), yaitu sel-sel somatis
khusus yang nantinya akan mengalami meiosis untuk menghasilkan spermatozoa.
Pada awalnya spermatogonium (diploid)
memperbanyak diri melalui pembelahan mitosis berkali-kali. Pada waktu tertentu
mitosis akan terhenti; spermatogonium membesar dan berdiferensiasi menjadi spermatosit
primer, yang masih diploid juga. Spermatosit primer kemudian mengalami
meiosis I untuk menghasilkan spermatosit sekunder, yang dilanjutkan
dengan meiosis II untuk menghasilkan empat buah spermatid yang
masing-masing haploid. Akhirnya, spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoon
yang matang.
Oogenesis
Bila
dibandingkan dengan spermatogenesis, oogenesis relatif agak lebih rumit. Proses
ini dimulai sejak awal tahap perkembangan embrio ketika sekelompok sel yang
disebut galur sel germinal (germ cell line) memasuki ovarium yang
sedang berkembang. Galur sel ini kemudian berkembang menjadi sel-sel somatis
khusus yang disebut oogonium (jamak = oogonia). Oogonium (diploid)
memperbanyak diri dengan sangat cepat melalui pembelahan mitosis berkali-kali,
dan akhirnya berdiferensiasi menjadi oosit primer, yang masih diploid
juga. Oosit primer kemudian mengalami meiosis I tetapi tertahan pada tahap
diplonema hingga saat matang kelamin. Selama kurun waktu ini oosit primer
mengalami berbagai perubahan sehubungan dengan persiapan penyelesaian meiosis
dan fertilisasi, serta mengumpulkan sejumlah besar bahan makanan untuk
perkembangan awal embrio. Untuk melindungi diri dari kerusakan mekanis, oosit
primer diselubungi oleh selaput yang dinamakan folikel Graaf. Di bawah
selaput ini terdapat granula kortikal yang membatasi pembuahan hanya
oleh satu spermatozoon. Oosit primer yang berhasil menyelesaikan meiosis I akan
menghasilkan dua buah sel haploid, yang masing-masing mengandung satu anggota
pasangan kromosom homolog dalam keadaan mengganda.
Dari
pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
- Pembelahan mitosis dapat
diamati dengan terlihatnya tahap profase, metafase, anafase dan telofase.
- Pembelahan meiosis dapat
diamati dengan terlihatnya spermatogenesis pada Rana sp.
- Pembelahan mitosis menghasilkan
dua sel anak, hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengamatan pada tahap
telofase dan pembelahan meiosis menghasilkan empat sel anak pada proses
pembentukan sperma.
Alberts,B.dkk.2002.Glossary.95hlm.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?rid=mboc4.glossary.4754#5215,17 Februari 2009, pk 20.38 wib.
Alberts, B. dkk. 2002.
An Overview of the Cell Cycle. 6 hlm. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?rid=mboc4.section.3169, 17 Februari 2009, pk 20.33 wib..
Benson H.J. dkk. 1996.
Anatomy & Physiology Laboratory Textbook, 7th ed. McGraw-Hill
companies, Inc. New York:viii+516 hlm.
Campbell, N.A., J.B. Reece,
& L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Terj dari Biology;oleh
Lestari,R. dkk. Erlangga, Jakarta:xxi+438 hlm.
Cooper G.M. 2000.The
Molecular Cell. 30 hlm. www.as.utexas.edu/biology/education/spring07/scalo/secure/CooperCh2Cell.pdf, 18 Februari 2009, pk 20.45 wib.
Farabee M.J. 2000. Cell
Division: Meiosis And Sexual Reproduction. 15 hlm. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?highlight=mitotic%2Cmeiosis&rid=genomes%2Efiggrp%2E6244, 17 Februari 2009, pk 20.44 wib.
http://www.google.co.id/imglanding?q=spermatogenesis&hl=id&gbv=2&tbs=isch:1&tbnid=7jdbWtFmHtl70M:&imgrefurl=http://biologi.blogsome.com/2010/04/27/spermatogenesis/&imgurl=http://biologi.blogsome.com/wp-admin/images/Spermatogenesis.jpg&zoom=1&w=600&h=339&iact=hc&ei=5UetTKe4KYi4vQPSwtyEDw&oei=hketTMOYK6bKcKL1-fMM&esq=4&page=1&tbnh=108&tbnw=192&start=0&ndsp=19&ved=1t:429,r:1,s:0&biw=1280&bih=585,
diakses tanggal 7 Oktober 2010, pk 12.16 wib
Joseph S.W. & Rollins
D.M. Cell Structure. 10 hlm. http://molecular-biology.suite101.com/article.cfm/cell_structure, 18 Februari 2009, pk 20.25 wib.
Jurèák J. 1999. A
Modification To The Acetocarmine Method Of Chromosome Colouring In The School
Practice. 14 hlm.
Wildan Yatim.
1994. Reproduksi dan Embryologi Untuk
Mahasiswa Biologi & Kedokteran. Bandung: Tarsito.
www.publib.upol.cz/~obd/fulltext/biolog37/biolog37-01.pdf, 16 Februari 2009, pk
24.50 wib.
Koning, R.E. 1994. Cell
Cycle.19 hlm. http://plantphys.info/plant_physiology/cellcycle.shtml, 16 Februari 2009, pk 10.24 wib.
Stafferton J. 2007.
Prokaryotic vs Eukaryotic. 12 hlm. http://www.life.umd.edu/classroom/bsci424/BSCI223WebSiteFiles/ProkaryoticvsEukaryotic.htm, 18 Februari 2009. pk 20.26 wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar